Smart menurut saya bukan hanya berakhir pada sebuah kata yang dalam bahasa Indonesia berarti pintar. Tapi sebuah ungkapan yang menunjukkan sebuah sisi lain dari seorang insan manusia. Ya, bukan dalam hal kepintaran berfikir saja, namun dalam segala bidang. Karena pada dasarnya setiap manusia diberi kelebihan dan kekurangan masing-masing. Nah kelebihan yang diberikan itulah yang disebut smart. Semisal contoh seorang koki/chef dia pintar dalam memasak maka dia smart dalam bidang masakan, tapi dia belum tentu juga pintar dalam hal bermain sepak bola. Nah kita balik ajah, seorang pesebak bola tentunya mahir dan pintar dalam menguasai tehnik memainkan bola di lapangan hijau, tapi dia belum tentu pandai dalam hal menyalakan kompar *aish takut meledak kale*. Karena pada hakikatnya setiap manusia mempunyai keahlian dibidang masing-masing.
Nah, tu
devinisi pintar menurut saya, lalu apa yang membuat saya lebih pintar dibanding yang
lain? Ini yang dinamakan sombong kalau saya ceritakan kelebihan-kelebihan yang saya miliki
dibanding yang lain, kalau saya pintar dalam hal ini, hal itu, yang ini, yang
itu. Bukan bertujuan untuk menyombongkan diri atau apa, tapi sekedar
mengungkapkan dan menyadari kelebihan bakat masing-masing. Karena masih banyak
diantara kita telat dalam menyadari bakat yang kita miliki. Sama halnya dengan saya, saya baru menyadari bakat menulis ini setelah bertahun-tahun menemukan jati
diri yang sebenarnya *sampai bertapa di gua hantu :P* mungkin bisa dibilang
terlambat, tapi juga masih belum terlalu terlambat juga. Pasalnya umur saya masih
tergolong belasan *18 tahun* jadi masih bisa menggapai mimpi-mimpi dengan bakat
yang saya miliki, tentunya denga usaha yang sangat keras. Lalu bagaimana saya
menyadari bahwa saya memiliki bakat menulis, dan apakah saya kursus untuk bisa
menulis? Saya sadar akan bakat saya saat saya memasuki tahun kedua di SMK. Awal
masuk SMK ternyata diadakan lomba menulis artikel sewarga sekolah tentang pantai.
Yaa awalnya Cuma sekedar ingin mencurahkan pemikiran, tapi tak tahunya malah
jadi juara pertama langsung. Mengalahkan senior-senior yang sejak awal sudah
dijagokan. Malu sebenernya karena dengan sadar ataupun tidak menyingkirkan para
senior untuk meninggalkan jabatan juara tersebut, dan seakan tak mau disalahkan
saya meminta karya tulis saya untuk saya tunjukkan ke teman-teman dan bertanya bagaimana
pendapat mereka tentang karya tulis tersebut. Dan mereka bilang bahwa ini tidak
buruk dibanding dengan milik para senior-senior itu. *alasan takut dibully :p*.
Tapi sampai disitu saya merasa masih kurang yakin dengan bakat apa yang
sebenernya terpendam jadi saya biarkan begitu saja. Sampai di tahun kedua ternyata
ada lomba lagi, yaitu lomba puisi yang juga melibatkan seluruh warga sekolah. Tak
disangka menang lagi, disinilah saya mulai berfikir untuk mengembangkan bakat
tersebut, mencoba ikut lomba-lomba mulai dari tingkat RT sampai tingkat
Nasional, gagal menang merupakan hal biasa, meskipun tak disangka meninggalkan
bekas kekecewaan yang tidak mudah dihilangkan. Namun dari sinilah saya sadar
bahwa setiap apapun pasti ada baik buruknya, dalam lomba pun demikian, pati ada
menang dan kalah *menang semua bangkrut donk yang punya acara*.
Di tahun ketiga diadakan lagi lomba menulis dengan hadiah
yang lumayan menggiurkan *tiap tahun diadakan lomba menulis*, hadiahnya yaitu
tiket nonton perdana film Negeri 5 Menara, dengan biaya akomodasi dan
transportasi ditanggung pihak sekolah. Wah nambah semangat sih, tapi tugas
sebagai anggota OSIS makin numpuk, sehari sebelum waktu deadline baru
menyetorkan hasilnya. Dan lagi, waktu pengumuman pemenang alhamdulillah rejeki
gak kemana jadilah juara pertama lagi.
Keluar dari
sekolah seolah membuat semuanya berubah 180 derajat, petualangan menulis saya semakin ditantang, tidak bisa menyalurkan lewat sekolah kini saya salurkan lewat
berbagai even lomba di internet, salah satunya lomba di emakgaoel.blogspot.com
ini. Sangat membahagiakan dapat menyalurkan ke-smart-an-ku ini, meski harus yaa
tidak hanya melawan satu warga sekolah yang jumlahnya cuma ratusan orang, tapi
ini mungkin ratusan ribu orang seluruh Indonesia.
Tapi kembali
dari niat awal yang sekarang bukan cuma ingin menyalurkan keisengan semata,
namun malah mencari dan terus belajar mengasah kepintaran dan kelihaian
jari-jemari ini menorehkan kata untuk menginspirasi orang-orang banyak. Karena kepintaran
bukan tentang seberapa sering kita menjadi seorang juara kelas, berapa sering kita
menang lomba, tapi tentang bagaimana kita memahami diri kita sendiri dan
menggunakannya untuk kepentingan orang banyak. Tarulah contoh seorang pesepak
bola yang dengan kepintarannya bermain bola dapat mengharumkan nama bangsa
Indonesia dikancah dunia sepak bola internasional. Atau ambilah contoh seorang
atlit seperti Chris John yang karena kegagahannya dan kepintarannya menangkis
serangan lawan sehingga namanya tidak dianggap remeh oleh dunia tinju seantero
bumi. Atau kalian bisa ambil nama-nama idola kalian dibidang apapun yang dengan
kepintarannya masing-masing bisa mewakili nama seluruh Indonesia dengan satu
namanya sendiri *jika individu, jika kelompok yaa nama kelompok lah*.
Kepintaran
pun tak datang begitu saja, namun kita harus pandai-pandai mencari dan
mengasahnya, apa yang menurut kalian itu adalah sudah menjadi bakat kalian
jangan tinggalkan, karena itu akan sangat bermanfaat buat kalian. Ada yang
bilang dari hobby jadi hoki, sebenenya saya kurang setuju dengan penggunaan kata
hobby soalnya kalau itu cuma sekedar kesenangan tidak mungkin dilakukan secara
kontinue, itu sebenarnya adalah bakat, karena kecintaan dan adanya dorongan
dalam diri sendirilah sehingga disebut hobby yang sebenarnya adalah bakat.
Panjang tulisan 816 tidak temasuk judul.
iya, makasih ya atas infonya.,
ReplyDeletejuga terimakasih banyak udah mau berkunjung :))