PEMILU
ooohhh PEMILU
Pemilu, program 5 tahunan di Indonesia yang banyak dinanti - nanti oleh banyak orang, entah siapa yang menanti. tapi mari kita ulas bersama.
Waktu
sudah menandakan awal bulan April. Awal bulan dimana mereka bilang bahwa inilah
tahun dan bulan untuk pesta demokrasi. Aku gak tahu makna dari pesta demokrasi
itu apa. pesta untuk apa? untuk siapa? Dan siapa yang berpesta, aku tidak tahu.
Mungkin banyak dari kalian acuh terhadap momen “pesta” ini, mungkin juga masih
banyak yang berpikir yang dimaksud “pesta” itu kita bisa dapat uang ya paling
tidak selembar uang biru dari para caleg – caleg yang menginginkan kita
mencoblos nama mereka di kertas pemilihan. Ya mungkin itu sekedar pemikiran
simpel tentang arti “pesta demokrasi” itu sendiri. Pemikiran untuk para orang –
orang yang acuh terhadap masa depan bangsanya sendiri. Bukan acuh tapi masa
bodo. Ya itu mah sama saja. Mungkin dari sebagian yang berpikir “dipikiri juga
bagaimana, toh para caleg tujuannya sama” #jadi inget iklan rokok ditipi,
hahahah. Sebenernya ada juga benernya, kita milih caleg itu juga dapat apa,
maksimal yang didapat juga paling uang seratus ribuan, karena semua caleg
ngomongnya sama. Janjinya juga pasti sama, tidak ada yang beda, dengan alasan
inilah itulah dan semua tetekbengeknya yang gak penting. Tapi, penting gak
penting kita harus menentukan pilihan. Entah itu karena imbalan yang diberi atau
karena hati yang berbicara. Bermacam – macam alasan kita untuk menentukan suara
itu gak penting buat si caleg, yang penting buat mereka adalah banyaknya kertas
suara yang memilih mereka. Namun buat kita para pemilih, alasan kita yang
membuat kita memilih caleg itulah yang paling mendasar dan paling penting buat
kita, berusaha untuk bersikap adil dan dewasa dalam mennentukan sikap itu sudah
menjadi point penting dalam acara “pesta’ ini.
Calon – calon yang terpampang di
area terbuka, yang dengan poster ataupun baleho sudah sering kita jumpai. Rata
– rata para pencalon daerah adalah orang yang tak asing bagi kita, boleh jadi
itu saudara kita, teman kita, kenalan kita, atau kita pernah melihatnya entah
dimana. #ya di jalan, kan terpampang nyata. Dan tak lagi media – media baik itu
elektronik atau pun media cetak pun demikian ramainya. Nah mungkin ini juga lah
yang dimaksud pesta itu, pesta buat para empunya ladang kampanye. Ditelevisi
bukan tak jarang lagi melainkan tiap saat kita lihat iklan – iklan parpol,
mulai dari nomer 1 sampai nomer 10 semuanya sama. Tak ada yang beda, ada yang
menunjukkan dengan cara petinggi parpol atau pencalonnya mengumbar janji, atau
dengan segudang tayangan aktivitas merakyatnya yang ditampilkan. Gak salah,
emang tidak ada yang salah, karena mereka menayangankan itu otamatis tujuan
utamanya ya untuk merebut suara rakyat sebanyak – banyaknya. Dengan cara
seperti ini kita lebih tahu dan lebih bisa memilih dengan cermat parpol apa
yang akan kita pilih, meskipun KPU sendiri sudah menyediakan website yang dapat
diakses melalui media online untuk kita bisa lebih mengenal para pencalon –
pencalon tersebut. And by the way anyway busway, ngomong – ngomong tentang
online nih, ladang yang tepat untuk berkampanye juga melalui media online, yang
sasaran utamanya adalah jaringan sosial media yang seringkali atau 75%
pengaksesnya adalah kalangan muda. Entah itu facebook, twitter, blog, website,
forum – forum diskusi online ataupun yang lainnya, mereka gencar berkampaye
secara terbuka atau all out yang masanya pun tidak mereka ketahui, bisa jadi
lebih banyak dibanding kampanye terbuka yang dilakukan secara langsung.
Dari sinilah kita
diharapkan lebih dan lebih jeli lagi untuk memilih siapa yang memang pantas dan
layak. Bukan membeli kucing dalam karung, tapi kita tahu sendiri itu kucing
bagaimana, jinak kah? Atau buas kah?. Selain itu diharapkan juga jangan tepaku
pada janji – janji yang mereka umbar, karena janji mereka itu sama saja, kalau
kalian merasa kenal dengan si pencalon coba cari tahu atau kepo’in si doi biar
kalian bisa tahu latar belakangnya, siapa tahu motif si caleg itu Cuma mengeruk
keuntungan dengan dia bisa dijadikan sebagai anggota legislatif dia bisa balik
modal dengan cara korupsi. Karena perlu kalian tahu, dan ini sangat – sangat
penting, TIDAK SEMUA CALEG ITU PAHAM POLITIK. Iya, sebagian dari mereka sangat
buta akan politik dan tata kepemimpinan yang baik. Kita mencari seseorang yang
memang mumpuni, bukan malah kita mencari orang yang ala kadarnya karena kita
dikasih uang atau karena dia merupakan kolega kita. Jika kita bersikap seperti
itu apa gunanya mereka di kursi pemerintahan? Hanya leha – leha dan makan gaji
buta? Syukur – syukur kalau mereka tidak korupsi. Sebelum – sebelumnya sudah
marak di televisi, para parpol dengan gampangnya menerima caleg, caleg yang
mereka usung kadang juga konyol, hanya bermodal pendidikan rendah dan pekerjaan
sebagai pemulung pun bisa menjadi caleg. Jujur menurut saya ini sangat tidak
kompatibel, karena apa, secara langsung maupun tidak ini juga menurunkan harkat
dan martabat atau kata lain menurunkan pamor parpol itu sendiri. Yang
dibutuhkan parpol kan nama baik dan popularitas yang bisa dipertahankan, karena
itu adalah modal utama untuk meraih simpati rakyat, tapi kenapa dalam pemilihan
caleg mereka tidak begitu menghiraukan, padahal yang penting adalah caleg
regional kan, atau caleg tingkat daerah kabupaten. Jika didaerah saja suatu
parpol bisa mengambil hati simpati rakyat, maka dengan mudah pula popularitas
parpol itu bertahan atau bahkan meningkat di suatu daerah. Dengan mudah pula
menyebar di daerah – daerha yang lain yang tak jauh atau tetanggaan dengan
daerah tadi.
Sebenarnya simpel saja sih, Cuma aku gak tahu, yang salah
itu parpolnya apa anggota parpol yang haus uang, yang dengan gampang menerima
caleg, toh menang gak menang gak ada ruginya buat parpol. Haiiiissssy ngomong
apa? ya pasti ada ruginya lah buat parpol itu sendiri, kan tadi udah dijelasin
kalau kebutuhan utama dari sebuah parpol agar mendapat peluang menang itu
popularitas. Jadi kalau parpol main comot seenaknya saja ya otomatis berimbas
langsung donk.
Buat kita para pemilih, ya harus bersikap dewasa itu
adalah hal yang utama. Golput bukanlah pilihan yang tepat. Jangan merasa kalau
suara kamu tidak ada gunanya, tidak kamu sangat andil besar dalam demokrasi
ini. Kita bukan lagi negara baru, kita negara lama yang punya segudang sejarah
yang bisa kita ingat dan terus kita kenang. Kita punya rasa nasionalisme yang
besar dan sama – sama punya tekad untuk kehidupan dan kejayaan Indonesia yang
lebih baik lagi. Kalau untuk memilih saja kita plin – plan apalagi yang lain. 1
hal yang perlu aku tegasin dan semoga sependapat dengan kalian kalau Golput
bukan pilihan, tapi sebuah tindakan bodoh untuk para pecundang yang bodoh.
Thanks udah baca tulisan ini, semoga tulisan ini
menginspirasi kalian semua. J
No comments:
Post a Comment
Terimakasih atas kunjungannya., :)